Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Rabu, 30 Mei 2012

Makalah Etika dalam Kehumasan


KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Wr.. Wb..
Syukur  alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,yang mana telah memberikan nikmat sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.Penulis harapkan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya,penulis  menyadari dalam  pembuatan  makalah ini banyak kekurangannya semoga itu semua dapat dimaklum,  tidak lupa kritik dan saran yang membangun bagi penulis untuk bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah,Demikian atas perhatian dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
Wassalmualaikum, Wr.. Wb..



BAB I
PEMBAHASAN


A.Etika dalam Kehumasan
Apakah istilah dalam bahasa indonesia etika itu merupakan terjemahan dari ethic atau ethics , berdasarkan uraian di atas ,tidak menujukan perbedaan yang terlalu jauh. Dari pengertian itu dapat di simpulkan bahwa pada hakekatnya adalah asas-asas nilai  perilaku manusia dalam kaitanya dengan sifat-sifat benar ,salah,baik dan buruk .
Dalam pengertian ethic dan ethics di atas tadi tampa pula  terpautnya perkataan moral menurut kamus umum bahasa indonesia susunan dan kelakuan [akhlak, kewajiban, dan sebagainya.] sedangkan istilah etika dalam kamus tersebut diartikan sebagai “ ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak [moral].
Berdasaerkan uraianyang terdapat pada kedua kamus di atas, tampak bahwa etika lebih luas pengertianya dari pada moral dan akhalak, sebap tidak saja menelah perilaku manusia yang baik dan buruk, tetapi  juga yang benar dan salah.tetapi, para ahli filsapat yang mengkaji etika sebagi aspek filsapat umumnya lebih berat bobot telahnya pada masalah baik dan buruk peilaku manusia.etika di sebut oleh mereka filsapat moral. Barang kali akan lebih jelas. Apa bila kita telah pengertian etika yang telah di paparkan oleh Dr.franz von magnis dalam bukunya “eetika umum” pengarang terkenal itu mengatakan bahwa etika adalah penyelidik filsapat tentang bidang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk. Karna itu, etika di difinisikan olehnya sebagai filsapat moral. Filsapat tentang praxis manusi. Jelsnya, etika tidak mempersoalkan keadan manusia, melainkan bagaimana manusia hrus bertindak.

Makalah Istishab


   A.Definisi Istishab
 Istishab menurut bahasa berarti ”mencari sesuatu yang ada hubungannya”. Menurut istilah ulama fiqh, ialah tetap berpegang pada hukum yang telah ada dari suatu peristiwa atau kejadian sampai ada dalil yang mengubah hukum tersebut. Atau dengan kata lain, ialah menyatakan tetapnya hukum pada masa lalu, sampai ada dalil yang mengubah ketetapan hukum tersebut.
Menurut Ibnu Qayyim, istishab ialah menyatakan tetap berlakunya hukum yang telah ada dari suatu peristiwa, atau menyatakan belum adanya hukum suatu peristiwa yang belum pernah ditetapkan hukumnya. Sedangkan menurut Asy Syatibi, istishab ialah segala ketetapan yang telah ditetapkan pada masa lampau dinyatakan tetap berlaku hukumnya pada masa sekarang.
Dari pengertian istishab di atas, dapat dipahami bahwa istishab itu ialah:
  1. Segala hukum yang telah ditetapkan pada masa lalu, dinyatakan tetap berlaku pada masa sekarang, kecuali kalau telah ada yang mengubahnya.
  2. Segala hukum yang ada pada masa sekarang, tentu telah ditetapkan pada masa yang lalu.
Contoh Istishab:
Telah terjadi perkawinan antara laki-laki A dan perempuan B, kemudian mereka berpisah dan berada di tempat yang berjauhan selama 15 tahun. Karena telah lama berpisah itu maka B ingin kawin dengan laki-laki C. Dalam hal ini B belum dapat kawin dengan C karena ia telah terikat tali perkawinan dengan A dan belum ada perubahan hukum perkawinan mereka walaupun mereka telah lama berpisah. Berpegang ada hukum yang telah ditetapkan, yaitu tetap sahnya perkawinan antara A dan B, adalah hukum yang ditetapkan dengan istishab.

Minggu, 13 Mei 2012

JURNALISTIK



BAB II
PEMBAHASAN
KEWARTAWANAN
  1. PENGERTIAN KEWARTAWANAN
Kewartawanan atau jurnalisme (berasal dari kata journal), artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari istilah bahasa Latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
Kewartawanan dapat dikatakan "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun berita seringkali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan.
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu dengan penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Wartawan (journalist) dan dunia kewartawanannya (journalism) mengembangkan pula apa yang disebut “cyberjournalism” atau bagaimana mereka memanfaatkan sekaligus mengelola Internet sebagai alat bantu kerja. Dalam hal ini, posisi wartawan selayaknya profesi lain di bidang ilmu komunikasi, seperti petugas humas dan penyuluh lapangan. Tulisan ini secara khusus membahas mekanisme pekerjaan wartawan dalam mengelola informasi yang dilengkapi Internet sebagai alat bantu. Namun, berbagai kalangan, terutama komunikator diharapkan pula mengetahui bagaimana upaya memanfaatkan sekaligus mengelola informasi berbasis Internet.
  1. DESKRIPSI PROFESI WARTAWAN
Profesi menurut literaturnya merupakan pekerjaan seperti pemimpin redaksi, redaktur, wartawan atau reporter. Sama juga halnya seperti guru, pelukis, dancer, akuntan dan lain- lain.
Sedangkan profesi wartawan adalah profesi yang bukan hanya sekedar mengandalkan keterampilan seorang tukang. Ia adalah profesi yang watak, semangat, dan cara kerjanya berbeda dengan seorang tukang. Oleh karena itu, masyarakat memandang wartawan sebagai profesional.
Dalam persepsi diri wartawan sendiri, istilah “profesional” memiliki tiga arti: pertama, profesional adalah lawan dari amatir; kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntut pelatihan khusus; ketiga, norma- norma yang mengatur perilakunya dititikberatkan pada kepentingan khalayak pembaca. Selanjutnya terdapat dua norma yang dapat diidentifikasikan, yaitu: pertama, norma teknis (keharusan menghimpun berita dengan cepat, keterampilan menulis dan menyunting, dan sebagainya.), dan kedua, norma etis (kewajiban kepada pembaca serta nilai- nilai seperti tanggungjawab, sikap tidak memihak, sikap peduli, sikap adil, objektif dan lain- lain yang semuanya harus tercermin dalam produk penulisannya).
Untuk mencapai keprofesionalannya, seorang wartawan harus memiliki cara pandang yang dewasa dan pola fikir yang matang. Maka dari itu sangat perlu adanya landasan unsur- unsur yang sehat tentang etika yang membimbing para wartawan kepada pertanggungjawaban atas profesinya. Itulah sebabnya seorang wartawan dalam tugasnya selalu dibimbing oleh kode etik. Di Indonesia dikenal dengan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
  1. SYARAT- SYARAT WARTAWAN
Wartawan yang baik dapat mencium berita meskipun sekedar dari telepon. Tetapi langkah kaki menuju medan adalah kunci keberhasilan bagi seorang wartawan. Langkah kaki akan sangat membantu jika wartawan mengerti lingkungan kerjanya.
Ada beberapa persyaratan kemampuan profesional yang perlu dikuasai seorang wartawan. Dalam hal ini kami mengambil pendapat dari Yancheff yang menilik ukuran profesionalisme jurnalis khususnya di saat sekarang ini. Menurutnya profesionalisme wartawan membutuhkan multi- kompetensi. Karakteristiknya sendiri menekankan pada kekuatan penulisan, kemampuan oral/ berbicara, ketekunan kerja dan pemilikan dasar pengetahuan yang mengombinasikan aplikasi lintas disiplin ilmu jurnalistik (penguasaan berbagai format media cetak, siaran, interaktif, dan multimedia) dengan apa yang dibutuhkan dalam menguak informasi.
Untuk itu, Yancheff mengajukan sepuluh kemampuan wartawan profesional. Yaitu:
1.      Writing Competencies
2.      Oral Performance Competencies
3.      Research and Investigative Competencies
4.      Broad- Based Knowledge Competencies
5.      Web- Based Competencies
6.      Audio Visual Competencies
7.      Skill- Based Computer Application Competencies
8.      Ethics Competencies
9.      Legal Competencies
10.  Career Competencies
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.      Writing Competencies adalah kapasitas untuk melaporkan secara akurat dan jelas sebuah berita. Dalam hal ini membutuhkan kemampuan menulis yang mudah difahami pembaca, baik itu dalam pemakaian tata bahasa, kata- kata, tanda baca, serta pemahaman terhadap kosa kata. Selain itu juga dibutuhkan kapasitas menyusun dan menulis berita dengan kelengkapan data- data dari sumber berita.
2.      Oral Performance Competencies adalah kemampuan menyampaikan pengertian, respon yang baik secara percaya diri dan bertanggungjawab. Kemampuan wawancara memerlukan berbagai tehnik dan metode. Misalnya ketika kita mewawancarai anak- anak, akan beda halnya dengan ketika kita mewawancarai orang dewasa atau lanjut usia. Kita harus mengenali nuansa- nuansa yang ada agar kita memperoleh keakuratan berita.
3.      Research and Investigative Competencies adalah kemampuan menyiapkan berbagai bahan guna kelengkapan dalam proses pencarian informasi, akurasi kisah atau isu, dan mengidentifikasi topik- topik potensial.
4.      Broad- Based Knowledge Competencies adalah kemampuan memiliki pengetahuan dasar seperti ekonomi, statistik, sains, bisnis, struktur pemerintahan dan lain- lain. Dunia kewartawanan mensyaratkan proses belajar seumur hidup dan keluasan wawasan.
5.      Web- Based Competencies adalah kemampuan menguasai internet, e-mail dan sejenisnya.
6.      Audio Visual Competencies adalah kemampuan menggunakan peralatan seperti biasa ataupun kamera video, men- scan foto ke dalam komputer, serta audio tape recorder.
7.      Skill- Based Computer Application Competencies adalah kemampuan mengaplikasikan komputer dalam kegiatan melaporkan pemberitaan.
8.      Ethics Competencies adalah kemampuan memahami tanggung jawab profesi, seperti kode etik, pertimbangan nilai- nilai etika dan pantangan bagi wartawan itu sendiri.
9.      Legal Competencies kemampuan memahami ihwal undang- undang kebebasan berpendapat, hak cipta dan sebagainya serta kaitannya dengan tugas- tugas profesi kewartawanan dan dampaknya ke dalam masyarakat.
10.  Career Competencies ialah kemampuan memahami dunia karir profesional di dalam jurnalisme, kemampuan bekerja di dalam manajmen pers dan bersikap positif di dalam kerja peliputan. Termasuk aspek- aspek dari komponen manajerial pasar, analisis khalayak, dan producing and editing the news. Serta keterlibatan dalam berbagai asosiasi dan jaringan profesional dari dunia jurnalisme.[1]
Sedangkan loyalitas wartawan adalah mengangkat sesuatu dan menyampaikan kebenaran. Inilah dasar mengapa masyarakat harus yakin kepada waratawan. Inilah sumber utama kredibilitas kewartawanan dan pada titik tertentu merupakan aset penting dari bisnis pers (media) dan bagaimana media mengembangkan usaha. Banyak media yang sukses karena mendahulukan kepentingan masyarakat. Namun sebaliknya ambruk hanya karena kepentingan manajmen bisnis.
  1. JENIS- JENIS WARTAWAN
Wartawan atau reporter, adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa.[2]
Jenis- jenis wartawan dari segi media yang digunakan adalah:
a.       Wartawan media cetak
b.      Wartawan media televisi
c.       Wartawan media radio
Jika wartawan itu menyiarkan beritanya melalui penerbitan surat kabar atau majalah, maka ia disebut wartawan media cetak. Jika wartawan menyiarkan berita melalui media audio visual, maka ia disebut wartawan televisi. Dan jika waartawan itu menyiarkan beritanya melalui audio saja, maka ia disebut sebagai wartawan radio.
Wartawan dari status pekerjaannya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.      Wartawan tetap, bertugas di suatu media massa dan diangkat menjadi wartawan tetap diperusahaan itu dan dilengkapi dengan surat tugas (kartu pers).
2.      Wartawan pembantu, bekerja pada suatu perusahaan tetapi tidak menjadi karyawan tetap, tidak mendapat jaminan, yang merupakan jantung ke dua sebelum diangkat menjadi wartawan tetap.
3.      Wartawan lepas, wartawan yang tidak terikat, bebas mengirim berita ke berbagai media dan harus mempunyai kemmpuan lebih daripada wartawan tetap.
Dalam perusahaan penerbitan pers, wartawanmerupakan ujung tombak dari usahanya. Karena itu, wartawan selalu didukung dengan perlengkapan yang mempercepat cara kerja mereka (Tape Recorder, Hp, Radio Panggil dan lain sebagainya).
Wartawan menurut cara kerjanya dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Wartawan Foto (Fotografer)
2.      Wartawan Tulis (Reporter)
Dulu, wartawan umumnya selalu menenteng kamera agar berita yang disajikan lebih menarik dengan adanya foto atau gambar. Sekarang wartawan lebih diutamakan pada kecepatan mengirimkan berita yang sudah jadi. Sedangkan untuk foto, bisa menyusul.[3]
  1. PROFESIONALISME WARTAWAN
Dalam proses mencari informasi, seringkali wartawan dihadapkan pada tantangan yang penuh resiko, termasukpertaruhan nyawa. Sadar akan besarnya resiko ini, maka tidak banyak orang yang memilih profesi ini.
Orang yang terjun kedunia ini harus siap secara mental dan stamina ekstra tinggi. Sebab profesi ini berbeda dengan pekerja kantoran yang duduk di balik meja dengan jeda jam tertentu saja dan materi berlimpah. Yang diperoleh dari menekuni pekerjaan sebagai kuli tinta ini biasanya lebih banyak dari sisi non materi, yakni:
1.      Kaya informasi. Setiap saat akan menemui informasi secara langsung.
2.      Kaya relasi. Dalam mencari berita sering berjumpa dengan narasumber dengan berbagai latar belakang profesi.
3.      Kaya keterampilan menulis. Setiap hari harus dituntut untuk menulis berita up to date yang bermanfaat bagi orang banyak.
4.      Kaya kemudahan. Memiliki akses khusus di acara- acara penting. Misal liputan pejabat tinggi daerah, negaaraatau acara penting.
5.      Kaya ilmu jurnalistik. Saking banyak jam terbang wartawan, maka akan semakinbanyak ilmu jurnalistik yang ia dapat.[4]
Adapun profesionalisme dalam pemberitaan wartawan adalah:
1.      Tidak boleh menyebut nama dan identitas baik tersangka, tertuduh, ataupun terdakwa sebelum adanya keputusan pengadilan atas kasus tersebut.
2.      Tidak menyebutkan nama pelaku ataupun korban dalam kejahatan susila.
3.      Menghormati hak dan privasi.
4.      Menghindari Trial by the Press atau pengadilan oleh pers.[5]








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Aktivitas utama dalam kewartawanan adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau yang sedang hangat (trend). Kewartawanan meliputi beberapa media: koran, televisi, radio, majalah dan internet sebagai pendatang baru.














DAFTAR PUSTAKA
Bambang Harimurti. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Totok Djuroto. 2004. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Supadiyanto. 2009. Booming Professi Pewarta Warga, Wartawan dan Penulis (Mantra Peneguk Pundi- Pundi Rupiah). Jakarta: PPWI Intramedia Press.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat. 2007. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 3.
Deddy Iskandar Muda. 2005. Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Audy Mirza Alwi. 2006. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara.
Asep Syamsul M. Romli. 2006. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


[1] Bambang Harimurti, Jurnalisme Kontemporer, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 207- 208.
[2] Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 22.
[3] ……., Ibid, h. 23.
[4] Supadiyanto, Booming Professi Pewarta Warga, Wartawan dan Penulis (Mantra Peneguk Pundi- Pundi Rupiah), (Jakarta: PPWI Intramedia Press, 2009), h. 138.
[5] Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2007), h. 117- 123.

Kepemimpinan dalam Manajemen Dakwah


Kepemimpinan dalam Manajemen Dakwah
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam meraih kesuksesan dalam sebuah organisasi. Sebab pemimpin yang sukses akan mampu mengelola organisasi, dapat memengaruhi orang lain secara konstruktif, dan  mampu menunjukkan jalan serta tindakan yang benar yang harus dilakukan secara bersama-sama.
Para pemimpin harus mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Sementara itu, manajemen adalah suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya melakukan koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.
Kepemimpinan dakwah harus dilandasi oleh konsep kepemimpinan demokratis yang menerapkan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan spesialisasi tugas setiap unit kesatuan, pendelegasian wewenang dan rentang pengawasan yang konsisten. Oleh sebab itu, Pimpinan dakwah harus memandang organisasi dakwah sebagai suatu system.
Menurut  M. Bahri Ghozali, menyatakan didalam kepemimpinan dakwah sangat menghargai aktivitas manusia sebagai penentu keberhasilan untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan dakwah sangat menghargai kreativitas individu, untuk mengadakan perubahan, mendorong inovasi, menghargai adaptasi, serta meningkatkan loyalitas dalam proses pengembangan dakwah yang dilandasi rasa optimisme bahwa segala problema dalam kegiatan dakwah dapat diatasi dengan baik.
Kepemimpinan dakwah merupakan konsep yang kompleks dan dinamis. Kompleks, karena melibatkan berbagai komponen, sedangkan dinamis karena berkembang secara bekesinambungan. Dengan demikian, hakikat kepemimpinan dakwah adalah kemampuan untuk memengaruhi dan meggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan dakwah.
Berdasarkan asumsi dan postulat yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimipinan merupakan dasar yang dimiliki manusia ynag dikenal dengan fitrah dan wujud kemampuan untuk memngaruhi orang lain sehingga orang tersebut mengikuti orang yang diikutinya. Jadi, seorang pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kemampuan dalam suatu kegiatan untuk memengaruhi orang lain sehingga terjadi perubahan sikap pengikutnya.
Dalam kepemimpinan dakwah efektivitas proses kepemimpinan terletak pada pengaruh interaktif antara pemimpin dan pengikutnya. Kepemimpinan yang sukses adalah yang mampu memengaruhi perilaku-perilaku individu dalam kapasitasnya untuk memberikan arahan dan petunjuk, mewujudkan target umat, mengembangkan, membina, dan menjaga kekuatan bangunannya. Ada tiga kekuatan yang ikut menentukan efektivitas beroperasinya kepemimpinan, yaitu:
a.       Faktor pribadi dengan kualitas keunggulannya,
b.      Faktor posisi sehubungan dengan fungsi dan tugas-tugas pemimpin, dan
c.       Faktor situasi dan tempat yang khusus, yang memerlukan tipe pemimpin pula.
Dengan demikian, sifat-sifat dari pemimpin itu harus cocok dan sesuai dengan kebutuhan, serta relevan dengan situasi dan kondisi.
Defenisi Kepemimpinan dalam Konsep Manajememn Dakwah
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar-manusia, yaitu hubungan memengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikutnya/bahwahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Disini kami akan ungkapkan beberapa defenisi tentang kepemimpinan yang dikutip oleh Fred E. Fiedldler dan Martin M. Chomers, yaitu:
a.       Kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan pembuat keputusan.
b.      Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan untuk menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan.
c.       Kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.
d.      Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan-khusunya pada spesialisasi di satu bidang, sehingga ia akan mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu adalah orang yang memillki satu atau beberapa kelebihan sebagai prediposisi (bakat yang dibawa dari sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu situasi/zaman, sehingga ia akan meiliki kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan.
e.       Henry Pratt Farichild menyatakan bahwa pemimpin dalam pengertian luas adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan cara mengatur, menggerakkan, mengorganisasikan, dan mengontrol usaha atau upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan, dan posisi. Dalam pengertian terbatas, pemimpin adalah orang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.

Dari pengertian kepemimpinan yang telah dipaparkan di atas, para ahli manajemen sepakat bahwa kepemimpinan adalah sebagai suatu konsep manajemen dalam kehidupan organisasi yang memiliki posisi sangat strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diterapkan dalam kehidupan kelompok. Kepemimpinan berada pada posisi  yang strategis karena kepemimpinan merupakan titk sentral administrasi dari seluruh proses kegiatan organisasi. Sehingga kepemimpinan memiliki peranan sentral di dalam menentukan dinamika sumber-sumber yang ada.
Di samping memilki kedudukan yang sangat strategis, kepemimpinan juga harus dimiliki oleh orang yang menyampaikan dakwah. Karaena dalam lapangan dakwah akan banyak terjadi interaksi atau kerja sama antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kepemimpinan dakwah adalah sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang da’i yang mendukung fungsinya untuk menghadapi publik dalam berbagai kondisinya. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kepemimpinan manajemen dakwah adalah suatu kepemimpinan yang fungsi dan peranannya sebagai manajer suatu organisasi atau lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua fungsi manajemen mulai dari planning, organizing, actuating, and controlling.

Kepemimpinan sabagai konsep manajemen dakwah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Setiap pemimpin haus mampu bekerja sama dengan anggota organisasi tersebut guna mencapai hasil yang telah ditetapkan. Peranan pemimpin adalah memberikan dorongan terhadap para da’i. oleh karena itu, kepemimpinan adalah suatu seni bagaimana orang lain mengikuti serangkaian tindakan orang untuk  mencapai tujuan.
b.      Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasif dan inspirasi dalam berdakwah. Sebagai suatu kemampuan memengaruhi umat yang dilakukan bukan melalui paksaan melainkan melalui himbauan dan persuasif.
c.       Kepemimpinan adalah kepribadian (sebagai sifat-sifat dan watak yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang menunjukkan keunggulan, sehingga memilki pengaruh terhadap bahawannya) yang memilki pengaruh. Dalam kepemimpinan dakwah ini sifat atau nilai-nilai pribadi adalah mengacu pada akhlak Rasulullah yang merupakan sumber utama.
Adapun sifat, cirri, atau nilai-nilai pribadi yang harus dimiliki dalam kepemimpinan manajemen dakwah adalah:
·         Berpandangan jauh;
·         Bertindak dan bersikap bijaksana;
·         Berpengetahuan luas;
·         Bersikap dan bertindak adil;
·         Berpendirian teguh;
·         Optimis bahwa misinya berhasil;
·         Berhati ikhlas;
·         Memilki kondisi fisik yang baik; dan
·         Mampu berkomunikasi.
d.      Kepemimpinan adalah tindakan dan perilaku pemimpin sebagai serangkaian perilaku seorang da’i yang mengarahkan kegiatan-kegiatan bersama.
e.       Kepemimpinan merupakan titik sentral proses kegiatan dakwah dalam kelompok atau organisasi dakwah.
f.       Kepemimpinan dalam organisasi dakwah merupakan suatu bentuk hubungan antara yang dipimipin dan yang memimpin, di mana hubungan tersebut mecerminikan hubungan akibat kewibawaan orang yang memimpin. Dalam hal ini, da’i lebih banyak memengaruhi daripada dipengaruhi.
g.      Kepemimpinan sebagai sarana tujuan. Kepemimpinan memilki kekuatan yang mampu memotivasi dan mengoordinasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
h.      Kepemimpinan merupakan hasil interaksi, kepemimpinan dalam manajemen dakwah merupakan suatu proses hubungan sosial antarpribadi, di mana pihak lain mengadakan penyesuian.
i.        Kepemimpinan adalah sebuah jabatan yang harus berperan dalam suatu tindakan memenuhi pembentukan srtruktur dan interaksi, sebagai bagian dari proses pemecahan masalah umat.
Perlu kita ketahui, bahwa tidak semua pemimpin adalah manajer, maka konsep manajemen dan kepemimpinan memiliki hubungan yang berbeda.kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari manajemen. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan pendapat John P. Kotter tentang perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan sebagai berikut:

NO
Tugas Pemimpin Dakwah
Tugas Manajer Dakwah

1

Mengembangkan visi serta menetapkan arah dan strategi lembaga dakwah untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang dibutuhkan agar mencapai visi.

Menetapkan rencana dan mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mewujudkan rencana.

2

Mengomunikasikan tujuan yang ingin dicapai melalui pernyataan dan perbuatan kepada siapa saja yang mungkin diberikan untuk memberikan pengaruhnya bagi pembentukan tim yang memahami visi dan strategi lembaga, serta menerima kebenarannya.

Menetapkan struktur organisasi untuk mencapai persyaratan yang telah direncanakan dan menetapkan orang-orang sesuai dengan struktur yang ada. Mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan. Menetapkan kebijaksanaan dan prosedur untuk membantu memberikan panduan bagi orang-orang dan menciptakan metode untuk memantau pelaksanaannya.

3

Memberikan motivasi bagi orang-orang untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam perubahan menuju perbaikan, dengan cara memnuhi kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang sering tidak terpenuhi.

Memantau hasil-hasil- yang dicapai dan melakukan sebuah identifikasi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, serta membuat perencanaan kegiatan atau aktivitas dakwah dan pengorganisasian dakwah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

4

Menciptakan sebuah perubahan, sering kali dalam taraf yang dramatis, untuk menghasilkan perubahan yang sangat berguna bagi kemajuan perusahaan.

Menciptakan taraf yang telah direncanakan untuk tetap menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Kepemimpinan dalam Rangka Manajemen Dakwah

Hubungan antara kepemimpinan, manajemen, dan dakwah merupakan sebuah hubungan sinergis. Hubungan yang terjalin dengan erat antara ketiga elemen ini karena ketiganya merupakan suatu proses yang melibatkan usha kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam setiap kegiatan organisasi dakwah dalam tingkat dan jenis apapun peranan manajemen dan kepemimpinan akan saling terkait di dalamnya.
Dalam pencapaian tujuan organisasi dakwah, manajemen merupakan sarana utama dari dakwah itu sendiri. Karena pada intinya, manajemen merupakan inti dari kegiatan organisasi dakwah itu sendiri, karena setiap organisasi itu akan memiliki pemimpin atau manajer yang bertanggung jawab terhadap organisasi dalam mencapai tujuan.
Berdasarkan makna tentang kepemimpinan, maka dapat dirumuskan tugas-tugaas seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
1.      Mempelopori dan bertanggung jawab atas segala kepemimpinannya.
2.      Merencanakan segala kegiatan
3.      Kondisi program
4.      Evaluasi kerja
5.      Membuat suatu kerja lanjutan
6.      Pemimpin sebagai da’i.
Tugas bagi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi itu menurut Stoner diklasifikasikan menjadi delapan macam, yaitu:
1.      Seorang pemimpin memikul tanggung jawab;
2.      Pemimpin harus mampu menciptakan keseimbangan dalam rangka mencapai tujuan;
3.      Pemimpin adalah seorang pemikir dan konseptual;
4.      Pemimpin bekerja melalui orang lain;
5.      Pemimpin adalah seorang penengah;
6.      Pemimpin adalah seorang politisi dalam pengertian bahwa seorang pemimpin harus mampu bertindak persuasive dan kompromi demi pengembangan tujuan organisasi;
7.      Pemimpin adalah seorang diplomat;
8.      Pemimpin adalah pengambil keputusan yang kompleks.

Salah satu indikator untuk menilai sukses atau gaagalnya seorang pemimpin secara umum, antaara lain dapat dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah meliputi:
Ø  Energi jasmaniah dan mental;
Ø  Kesadaran akan tujuan dan arah;
Ø  Antusiasme (semangat, kejujuran,dan ketulusan hati);
Ø  Keramahan dan kecintaan;
Ø  Penguasaan teknis;
Ø  Ketegasan dalam mengambil keptusan;
Ø  Kecerdasan;
Ø  Keterampilan mengajar; dan
Ø  Kepercayaan.
Dari keterngan di atas dapat diungkapkan, bahwa kepemimpinan adalah inti dari manajemen. Dalam proses aktivitas, organisasi dakwah yang melibatkan usaha bersama di antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik manajemen, maupun kepemimpinan keduanya akan saling berkaitan. Dan secara konkrit sulit untuk dibedakan batas dalam kegiatan dakwah.

KARAKTERISTIK PEMIMPIN DAKWAH

Untuk menjalankan organisasi dakwah dibutuhkan seorang peimipin yang handal seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Pemipin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memadukan antara dimensi institusional dengan dimensi individual.
Adapun karakkter pemimpin dakwah yang ideal itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
a)      Amanah;
b)      Memiliki ilmu dan keahlian;
c)      memilki kemampuan dan mampu merealisir;
d)     Rendah hati;
e)      Toleransi dan sabar;
f)       Benar, adil, dan dapat dipercaya;
g)      Musyawarah
h)      Cerdik dan memiliki firasat.
Setelah memaparkan beberapa karakteristik dari kepimipinan dalam sebuah manajemen, maka selanjutnya ada baiknya juga diperhatikan tentang syarat-syarat kesuksesan dalam menjalankan sebuah manajemen organisasi dakwah, di antaranya adalah seabgai berikut:
Ø  Tersedianya informasi yang memadai, dapat menertibkan dengan naik, dan mengumpulkannya pada semua lapisan anggota organisasi;
Ø  Memudahkan sebuah komunikasi antar para karyawan perusahaan dan tidak adanya perselisihan antara  atasan dengan bawahan;
Ø  Adanya insentif untuk memotivasi, memuliakan para anggota yang berpretasi, dan memberi perhatian khusus pada anggota yang teledor;
Ø  Adanya sebuah kepercayaan yang baik antara para anggota dan atasan serta elemen yang terkait lainnya dalam sebuah hubungan persaudaraan dan perjuangan yang harmonis di antara sesama meraka, disertai dengan kedesiplinan serta kepatuhan yang rasional di tempat kerja sehingga pekerjaan bisa dilakukan dengan spirit kerja sama yang bertanggung jawab;
Ø  Mengetahui potensi para anggotanya dan mengarahkannya dengan pengarahan yang baik dan sehat;
Ø  Menentukan keahlian dan otoritas, serta tidak tumpang-tindih di dalamnya;
Ø  Serius dalam menghadapi problem dan mengambil keptusan;
Ø  Kejelasan dalam menentukan tujuan organisasi atau lembaga yang harus diketahui oleh para anggota di semua level, divisi, atau departemen yang terkait.

PERAN PEMIMPIN DAKWAH DALAM PENGEMBNAGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Menurut Ichak Adizes, ada tiga peran seorang pemimpin dalam tugasnya, yaitu pertama, peran hubungan antarpribadi, kedua, peran yang berhubungan dengan inforamsi, dan ketiga, peran yang berhubungan dengan membuat keputusan.
Pemimipin dalam lembaga dakwah harus mampu menciptakan sebuah inovasi dan perubahan dalam lembaganya agar tidak berjalan secara menoton.
Ada beberapa cara positif ynag dilakukan oleh pemimpin dakwah untuk mengembangkan kemampuan  para da’i, di antaranya adalah: pertama, pemimpin dakwah harus memiliki waktu yang cukup untuk melakukan perencanaan dan pelatihan; kedua, menghadiri program pelatihan dakwah tersendiri; ketiga, menyediakan resources dan bantuan logistik serta prasarana lainnya; dan keempat, adalah membuat kebijakan-kebijakan untuk mengenali dan menghargai individu-individu yang ingin berkembang.
Namun cara yang terpenting untuk menunjukkan komitmen pada pengembangan para da’i adalah pemimipin dakwah itu sendiri harus menjadi figur  yang kreatif dan inovatif dan selalu berusaha untuk belajar ilmu dan keterampilan yang kemudian dibuktikan dalam sebuah aktualisasi realitas. Di samping menunjukkan sebuah dukungan pada pengembangan anggotanya, pemimpin dakwah juga harus menganggap kesalahan-keslahan sendiri atau orang lain mmerupakan peluang untuk kemajuan, bukan malah menyalahkannya sebagai hambatan. Para pemimpin organisasi dakwah juga harus menciptakan sebuah iklim yang kondusif untuk pertumbuhan melalui proses perumusan dan menilai setiap perkembangan dan kemajuan.